PENERIMAAN DIRI PADA TRANSGENDER
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada dasarnya Tuhan menciptakan
manusia terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, namun
pada kenyataannya selain dua jenis kelamin tersebut ada yang mengalami
kebingungan dalam menentukan jenis kelaminnya. Kebingungan yang dimaksud adalah
tidak adanya kesesuaian antara jenis kelaminnya dan kejiwaannya. Tidak
sesuainya jenis kelamin dan kejiwaan ini bisa terjadi pada seseorang yang
terlahir dengan alat kelamin wanita yang sempurna dan tidak cacat, tetapi dia
merasa bukan seorang wanita melainkan seorang pria atau sebaliknya, keadaan
seperti ini disebut Transgender.
Transgender adalah istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau
terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir. Selain
kasus transgender atau transeksual juga terdapat kasus kebingungan jenis
kelamin dari orang yang memiliki kelainan atau cacat bawaan karena memiliki dua
alat kelamin yaitu kelamin laki-laki dan perempuan. Orang berkelamin ganda yang
tidak jelas apakah status kelaminnyamembuat mereka merasa berbeda dengan yang
lainnya dan mereka menganggap dirinya tidak normal dan berbeda dengan yang
lainnya.
Kaum transgender memilikisuatu ketidakpuasan
terhadap dirinya sendiri karena merasa tidak adanya kecocokanantara bentuk
fisik dan kelamin dengan kejiwaan.Banyaknya pro dan kontra mengenai kasus ganti
kelamin kaum transgender ini sangat meresahkan dan tidak adil. Secara psikologi
kaum transgender sudah cukup tertekan atas kondisi fisiknya, ditambah lagi
dengan pro dan kontranya. Untuk itu peneliti akan membahas bagaimana penerimaan
diri pada individu yang mengalami transgender.
Tujuan dari peneliti untuk membuat
tulisan ini ialah peneliti ingin mengetahui bagaimana peneriman diri pada
transgender. Karena di Indonesia sudah banyak yang mengalami transgender mulai
dari yang pria berubah menjadi wanita lalu wanita berubah menjadi pria.
Sehingga peneliti tergerak untuk membuat tulisan ini.
Adapun beberapa manfaat yang bisa
didapatkan dari tulisan ini yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis.
Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan dalam dunia transgender lalu manfaat secara praktisnya, hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi individu yang mengalami transgender. Berdasarkan dari
latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya ialah “Bagaimana cara penerimaan
diri pada Transgender ?”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penerimaan
Diri
a.
Pengertian
Penerimaan Diri
Menerima diri sebagaimana adanya
adalah suatu tahapan yang harus dilakukan karena akan membantu dalam
menyesuaikan diri aspek dari kesehatan mental sebagaimana pendapat Partosuwido
dalam Helmi (1998) tentang kriteria orang yang bermental sehat, yaitu:
a. Memiliki
pandangan yang sehat terhadap kenyataan (diri dan sekitarnya)
b. Mampu
menyesuaikan diri dalam segala kemungkinan dan mampu mengatasi persoalan.
c. Dapat
mencapai kepuasan pribadi dan ketenangan hidup tanpa merugikan orang lain.
Menurut Helmi (1998) penerimaan
diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengaku karakteristik
pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidup.
Menurut Chaplin (2004) penerimaan
diri atau self acceptance adalah sikap yangmerupakan cerminan dari perasaan
puas terhadap diri sendiri, dengan kualitas-kualitas dan bakat-nakat diri serta
pengakuan akan keterbatasan yang ada pada diri. Sedangkan menurut Maslow dalam
Helmi (1995) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah kemampuan individu untuk
hidup dengan segala kekhususan diri yang didapat melalui pengenalan secara
utuh.
Rogers (1987) menegaskan bahwa
penerimaan diri berbentuk dari pengertian terhadap kemampuan-kemampuan
berdasarkan nilai-nilai sosial yang ada. Kemampuan penerimaan diri didasarkan
pada tanggung jawab yang positif mengenai dirinya dan kehidupannya.
Jadi, penerimaan diri adalah sikap
positif individu yang ditunjukkan dengan rasa senang dan puas akan dirinya,
menerima keadaan diri, fakta, realitas, baik secara fisik maupun psikis dengan
segala kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri tanpa ada rasa kecewa dan
berudaha mengembangkan diri seoptimal mungkin.
b.
Aspek
Penerimaan Diri
Pada umumnya, individu dengan
penerimaan diri yang baik akan menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir
dan melakukan aktifitas kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya
secara utuh berarti individu tersebut mampu menerima secara positif aspek-aspek
dalam diri, Grinder dalam Parista (2008), aspek-aspek penerimaan diri meliputi:
a. Aspek
Fisik
Tingkat penerimaan diri secara
fisik, tingkatan kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan
fisik secara keseluruhan menggambarkan penerimaan fisik sebagai suatu evaluasi
dan penilaian diri terhadap raganya, apakah raga dan penampilannya menyenangkan
atau memuaskan untuk diterima atau tidak.
b. Aspek
Psikis
Aspek psikis meliputi pikiran,
emosi dan perilaku individu sebagai pusat penyesuaian diri (Calhoun &
Acocella, 1990). Individu yang dapat menerima dirinya secara keseluruhan serta
memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan lingkungan.
c. Aspek
Sosial
Aspek sosial meliputi pikiran dan
perilaku individu yang diambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain
dan masyarakat (Calhoun & Acocella, 1990). Individu menerima dirinya secara
sosial akan memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain
sehingga individu mampu menempatkan dirinya sebagaimana orang lain mampu
menempatkan dirinya.
d. Aspek
Moral
Perkembangan moral dalam diri
dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan struktur pemikiran individu
dimana individu mampu mengambil keputusan secara bijak serta mampu mempertanggungjawabkan
keputusan atau tindakan yang telah diamilnya berdasarkan konteks sosial yang
telah ada Grinder dalam kinayungan (2008).
c.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Hurlock
(1993) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan
diri antara lain:
a.
Adanya Pemahaman
Tentang Diri Sendiri
Hal ini timbul karena adanya
kesempatan seseorang untuk mengenalikemampuan dan ketidakmampuannya. Individu
yang dapat memahami dirinya tidak akan hanya tergantung pada intelektualnya,
tetapi juga pada untuk penemuan diri sendiri, maksudnya semakin orang dapat
memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima dirinya.
b.
Adanya Hal yang Realistik
Hal ini timbul jika individu
menentukan sendiri harapannya yang sesuai dengan pemahaman dan kemampuannya,
serta bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya. Hal ini akan
menimbulkan kepuasan tersendiri bagi individu dan merupakan hal penting dalam
penerimaan diri.
c.
Tidak Adanya Hambatan
Dalam Lingkungan
Walaupun seseorang sudah memiliki
harapan yang realistik, tetapi jika lingkungan tidak mendukung dan tidak
memberi kesempatan bahkan menghalangi individu tersebut, maka harapan individu
tersebut akan sulit tercapai.
d.
Sikap-Sikap Anggota
Masyarakat yang Menyenangkan
Sikap-sikap anggota masyarakat yang
menyenangkan tidak akan menimbulkan prasangka dan kecemasan, karena adanya
penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesediaan individu mengikuti
kebiasaan lingkungan.
e.
Tidak Adanya Gangguan
Emosional yang Berat
Dengan tidak adanya emosi yang
berat, akan tercipta individu yang dapat bekerja dengan baik dan merasa bahagia
dengan apa yang dikerjakan.
f.
Pengaruh Keberhasilan
yang Dialami, Baik Secara Kualitatif dan Kuantitatif
g.
Identifikasi Orang yang
Memiliki Penyesuaian Diri yang Baik
Individu yang mengindentifikan
dengan individu lain yang mempunyai penyesuaian yang baik, maka individu
tersebut dapat pula bertingkah laku sesuai dengan yang dicontohnya.
h.
Pola Asuh Masa Kecil
yang Baik
Seorang anak dengan pola asuh
demokratis akan cenderung berkembang sebagai Individu yang dapat menghargai
dirinya sendiri.
i.
Konsep Diri yang Stabil
Individu yang tidak memiliki konsep
diri yang stabil, akan sulit menunjukkan pada orang lain siapa dia sebenarnya,
sebab dia sendiri ambivalen dengan dirinya sendiri.
d.
Karakteristik
Individu yang Memiliki Penerimaan Diri
Sheere dalam Cronbach (1963)
ciri-ciri seseorang yang mau menerima diri adalah:
1.
Mempunyai keyakinan
akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya.
2.
Menganggap dirinya
berharga sebagai seseorang manusia yang sederajat dengan orang lain.
3.
Berani memikul tanggung
jawab terhadap perilakunya.
4.
Menerima celaan dan
pujian secara objektif.
5.
Tidak menyalahkan dirinya
akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya.
2.
Transgender
Transgender merupakan ketidaksamaan
identitas gender seseorang terhadap jenis kelaminnya yang ditentukan.
Transgender bukan merupakan orientasi seksual. Seseorang yang transgender dapat
mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual dan
biseksual, maupun aseksual. Beberapa menilai persamaan orientasi seksual yang
umum tidak cukup atau tidak dapat diterapkan terhadap kondisi transgender.
BAB III
PENUTUP
Transgender
Artis Cilik Renaldy
Dena
Rachman jadi perbincangan publik karena wanita cantik ini sebenarnya
adalah mantan artis cilik bernama Renaldy yang telah
melakukan transgender. Bagaimana kisah hidup Dena Rachman hingga
memutuskan menjadi seorang wanita?
Dena
mengungkapkan bahwa sisi feminimnya memang lebih menonjol sejak ia masih kecil
dan sangat yakin bahwa seharusnya ia hidup sebagai seorang wanita. Namun ada
satu tahap rumit yang harus Dena lewati, yaitu memberitahu orang tua.
Walau
begitu mantan presenter Kru Cilik SCTV ini sudah siap dengan segala
resikonya, mulai dari diusir dari rumah, tidak dianggap anak lagi oleh orang
tuanya, hingga memilih mati. Ginna Rachman sang ibu pun tentu saja
terkejut dengan pengakuan Dena, namun akhirnya hanya bisa pasrah dengan pilihan
anaknya.
“Dena
saat itu beritahu aku, ‘Mama aku mau ngomong, aku memang begini adanya.
Terserah Mama mau anggap aku tetap anak atau tidak atau aku keluar dari sini
atau aku mati aja‘,” kata Ginna. ”Cuma aku arahkan dia, kalau memang itu
pilihan kamu, go a head. Tapi aku arahkan, sekolah kamu harus bener.”
Sampai
saat ini Dena masih kerap mendapat tudingan negatif dari masyarakat. Alumni UI
ini bahkan dituduh melakukan operasi macam-macam agar terlihat lebih
cantik untuk menyempurnakan penampilannya sebagai seorang wanita. Tapi, apa
tanggapan Dena?
“Aku
begini dari lahir. Everything is original,” kata Dena yang mulai
berdandan full sebagai wanita sejak masuk bangku kuliah. ”Tubuh
aku begini karena memang dari Mama. Nggak (operasi) sama sekali.
Analisis
kasus :
Analisis
kasus ini menggunakan Teori Erich Erikson yaitu Pasca-Aliran Freud
(Post-Freudian) dimana subjek mengalami gangguan pada tahap perkembangan
kepribadiannya. Erickson adalah orang yang menyumbangkan istilah kritis
identitas. Teori yang dikemukakan Erickson mengembangkan tahapan perkembangan
anak-anak Freud menjadi remaja, masa dewasa, dan usia lanjut. Erickson
menyatakan bahwa tiap tahap, perjuangan psikososial spesifik memberikaan
kontribusi pada pembetukan kepribadian. Dari mulai remaja hingga seterusnya,
perjuangan tersebut berbentuk krisis identitas, yaitu titik balik dalam hidup
seseorang yang dapat memperkuat atau memperlemah kepribadian. Erikson
menekankan pada pengaruh sosial dan sejarah untuk menguraikan tahapan
psikoseksual setelah masa kanak-kanak.
Dena
memiliki karakteristik penerimaan diri yang tinggi dimana Dena yakin kalau
dirinya diciptakan sebagai wanita dan ia berani bertanggung jawab atas
keutusannya dan mau menerima celaan dari orang sekitar.
Dalam hal ini juga ada faktor yang
mempengaruhi Dena untuk mengambil keputusan Transgender yaitu tidak adanya
hambatan dalam lingkungan, ibunya setuju Dena dengan perjanjian sekolahnya Dena
lancar.
Kesimpulan
Penerimaan diri ialah sejauh
mana seseorang dapat menyadari dan mengaku karakteristik pribadi dan
menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidup. Lalu Dena
memiliki karakteristik penerimaan diri yang tinggi dimana Dena yakin kalau
dirinya diciptakan sebagai wanita dan ia berani bertanggung jawab atas
keputusannya dan mau menerima celaan dari orang sekitar. Hal ini bisa
dijelaskan Dena mempunyai karakteristik dari penerimaan diri yang dimana bisa
disebutkan mempunyai keyakinan akan kemampuannya
untuk menghadapi kehidupannya, menganggap dirinya berharga sebagai seseorang
manusia yang sederajat dengan orang lain, berani memikul tanggung jawab
terhadap perilakunya, menerima celaan dan pujian secara objektif.
Saran
Perkembangan dunia semakin cepat
dan banyak hal yang beraneka ragam oleh karena itu disarankan bagi individu
yang lainnya yang belum mengalami transgender agar lebih mencari tau
informasi-informasi lebih mengenai dampak untuk memutuskan memilih menjadi
transgender. Namun bilamana sudah menjadi transgender langkah pertama yang
diambil ialah harus mempunyai percaya diri yang tinggi karna memang apapun yang
sudah diputuskan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya agar berguna bagi
lingkungannya. Untuk masyarakat sekitar hendaklah tidak memandang sebelah mata
pada individu yang mengalami transgender karena memang mereka juga masih
dibilang normal dalam arti kata mereka masih sama-sama manusia yang patut dihormati
dan dihargai. Dan untuk pemerintah seharusnya membuka lapangan pekerjaan yang
memadai untuk mereka dan lihat dari sisi kemampuan mereka bukan apa yang diihat
dari luar saja.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin,
J.P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Persada
Helmi,
A. F, Handayani M. M, Ratnawati. S. (1998). Efektivitas Pelatihan
Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri.
Jurnal Psikologi 2 : 47-48
Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri.
Jurnal Psikologi 2 : 47-48
Hurlock,
E.B. (1993). Psikologi Perkembangan :
Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Bina Aksara
Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Bina Aksara
http://sidomi.com/191979/dena-rachman-mantan-artis-cilik-renaldy-yang-
lakukan-transgender/
lakukan-transgender/
daftar pustaka grinder dalam parista ada nggk ya?
BalasHapusBoleh sangat mohonkah untuk daftar pustaka yang Grinder dalam Parista 2008, saya sangat butuh karena sedang mencari refernesi untuk penelitian saya mengenai variabel penerimaan diri juga. Terima kasih
BalasHapus