Jumat, 03 Juli 2015

PENERIMAAN DIRI PADA TRANSGENDER



PENERIMAAN DIRI PADA TRANSGENDER
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, namun pada kenyataannya selain dua jenis kelamin tersebut ada yang mengalami kebingungan dalam menentukan jenis kelaminnya. Kebingungan yang dimaksud adalah tidak adanya kesesuaian antara jenis kelaminnya dan kejiwaannya. Tidak sesuainya jenis kelamin dan kejiwaan ini bisa terjadi pada seseorang yang terlahir dengan alat kelamin wanita yang sempurna dan tidak cacat, tetapi dia merasa bukan seorang wanita melainkan seorang pria atau sebaliknya, keadaan seperti ini disebut Transgender.
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir. Selain kasus transgender atau transeksual juga terdapat kasus kebingungan jenis kelamin dari orang yang memiliki kelainan atau cacat bawaan karena memiliki dua alat kelamin yaitu kelamin laki-laki dan perempuan. Orang berkelamin ganda yang tidak jelas apakah status kelaminnyamembuat mereka merasa berbeda dengan yang lainnya dan mereka menganggap dirinya tidak normal dan berbeda dengan yang lainnya.
 Kaum transgender memilikisuatu ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri karena merasa tidak adanya kecocokanantara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan.Banyaknya pro dan kontra mengenai kasus ganti kelamin kaum transgender ini sangat meresahkan dan tidak adil. Secara psikologi kaum transgender sudah cukup tertekan atas kondisi fisiknya, ditambah lagi dengan pro dan kontranya. Untuk itu peneliti akan membahas bagaimana penerimaan diri pada individu yang mengalami transgender.
Tujuan dari peneliti untuk membuat tulisan ini ialah peneliti ingin mengetahui bagaimana peneriman diri pada transgender. Karena di Indonesia sudah banyak yang mengalami transgender mulai dari yang pria berubah menjadi wanita lalu wanita berubah menjadi pria. Sehingga peneliti tergerak untuk membuat tulisan ini.
Adapun beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari tulisan ini yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis. Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam dunia transgender lalu manfaat secara praktisnya, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi individu yang mengalami transgender. Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya ialah “Bagaimana cara penerimaan diri pada Transgender ?”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.  Penerimaan Diri     
a.      Pengertian Penerimaan Diri
Menerima diri sebagaimana adanya adalah suatu tahapan yang harus dilakukan karena akan membantu dalam menyesuaikan diri aspek dari kesehatan mental sebagaimana pendapat Partosuwido dalam Helmi (1998) tentang kriteria orang yang bermental sehat, yaitu:
a.       Memiliki pandangan yang sehat terhadap kenyataan (diri dan sekitarnya)
b.      Mampu menyesuaikan diri dalam segala kemungkinan dan mampu mengatasi persoalan.
c.       Dapat mencapai kepuasan pribadi dan ketenangan hidup tanpa merugikan orang lain.
Menurut Helmi (1998) penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengaku karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidup.
Menurut Chaplin (2004) penerimaan diri atau self acceptance adalah sikap yangmerupakan cerminan dari perasaan puas terhadap diri sendiri, dengan kualitas-kualitas dan bakat-nakat diri serta pengakuan akan keterbatasan yang ada pada diri. Sedangkan menurut Maslow dalam Helmi (1995) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah kemampuan individu untuk hidup dengan segala kekhususan diri yang didapat melalui pengenalan secara utuh.
Rogers (1987) menegaskan bahwa penerimaan diri berbentuk dari pengertian terhadap kemampuan-kemampuan berdasarkan nilai-nilai sosial yang ada. Kemampuan penerimaan diri didasarkan pada tanggung jawab yang positif mengenai dirinya dan kehidupannya.
Jadi, penerimaan diri adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan rasa senang dan puas akan dirinya, menerima keadaan diri, fakta, realitas, baik secara fisik maupun psikis dengan segala kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri tanpa ada rasa kecewa dan berudaha mengembangkan diri seoptimal mungkin.
b.      Aspek Penerimaan Diri
Pada umumnya, individu dengan penerimaan diri yang baik akan menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir dan melakukan aktifitas kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya secara utuh berarti individu tersebut mampu menerima secara positif aspek-aspek dalam diri, Grinder dalam Parista (2008), aspek-aspek penerimaan diri meliputi:
a.       Aspek Fisik
Tingkat penerimaan diri secara fisik, tingkatan kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan menggambarkan penerimaan fisik sebagai suatu evaluasi dan penilaian diri terhadap raganya, apakah raga dan penampilannya menyenangkan atau memuaskan untuk diterima atau tidak.
b.      Aspek Psikis
Aspek psikis meliputi pikiran, emosi dan perilaku individu sebagai pusat penyesuaian diri  (Calhoun & Acocella, 1990). Individu yang dapat menerima dirinya secara keseluruhan serta memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan lingkungan.
c.       Aspek Sosial
Aspek sosial meliputi pikiran dan perilaku individu yang diambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain dan masyarakat (Calhoun & Acocella, 1990). Individu menerima dirinya secara sosial akan memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain sehingga individu mampu menempatkan dirinya sebagaimana orang lain mampu menempatkan dirinya.
d.      Aspek Moral
Perkembangan moral dalam diri dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan struktur pemikiran individu dimana individu mampu mengambil keputusan secara bijak serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan atau tindakan yang telah diamilnya berdasarkan konteks sosial yang telah ada Grinder dalam kinayungan (2008).
c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Hurlock (1993) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan diri antara lain:
a.                  Adanya Pemahaman Tentang Diri Sendiri
Hal ini timbul karena adanya kesempatan seseorang untuk mengenalikemampuan dan ketidakmampuannya. Individu yang dapat memahami dirinya tidak akan hanya tergantung pada intelektualnya, tetapi juga pada untuk penemuan diri sendiri, maksudnya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima dirinya.
b.                  Adanya Hal yang Realistik
Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapannya yang sesuai dengan pemahaman dan kemampuannya, serta bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya. Hal ini akan menimbulkan kepuasan tersendiri bagi individu dan merupakan hal penting dalam penerimaan diri.


c.                  Tidak Adanya Hambatan Dalam Lingkungan
Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi jika lingkungan tidak mendukung  dan tidak memberi kesempatan bahkan menghalangi individu tersebut, maka harapan individu tersebut akan sulit tercapai.
d.                 Sikap-Sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan
Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan tidak akan menimbulkan prasangka dan kecemasan, karena adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesediaan individu mengikuti kebiasaan lingkungan.
e.                  Tidak Adanya Gangguan Emosional yang Berat
Dengan tidak adanya emosi yang berat, akan tercipta individu yang dapat bekerja dengan baik dan merasa bahagia dengan apa yang dikerjakan.
f.                   Pengaruh Keberhasilan yang Dialami, Baik Secara Kualitatif dan Kuantitatif
g.                  Identifikasi Orang yang Memiliki Penyesuaian Diri yang Baik
Individu yang mengindentifikan dengan individu lain yang mempunyai penyesuaian yang baik, maka individu tersebut dapat pula bertingkah laku sesuai dengan yang dicontohnya.
h.                  Pola Asuh Masa Kecil yang Baik
Seorang anak dengan pola asuh demokratis akan cenderung berkembang sebagai Individu yang dapat menghargai dirinya sendiri.
i.                    Konsep Diri yang Stabil
Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan sulit menunjukkan pada orang lain siapa dia sebenarnya, sebab dia sendiri ambivalen dengan dirinya sendiri.

d.      Karakteristik Individu yang Memiliki Penerimaan Diri
Sheere dalam Cronbach (1963) ciri-ciri seseorang yang mau menerima diri adalah:
1.                    Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya.
2.                    Menganggap dirinya berharga sebagai seseorang manusia yang sederajat dengan orang lain.
3.                    Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
4.                    Menerima celaan dan pujian secara objektif.
5.                    Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya.
2.       Transgender
Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelaminnya yang ditentukan. Transgender bukan merupakan orientasi seksual. Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual dan biseksual, maupun aseksual. Beberapa menilai persamaan orientasi seksual yang umum tidak cukup atau tidak dapat diterapkan terhadap kondisi transgender.

BAB III
PENUTUP
ANALISA KASUS
Transgender Artis Cilik Renaldy
Dena Rachman jadi perbincangan publik karena wanita cantik ini sebenarnya adalah mantan artis cilik bernama Renaldy yang telah melakukan transgender. Bagaimana kisah hidup Dena Rachman hingga memutuskan menjadi seorang wanita?
Dena mengungkapkan bahwa sisi feminimnya memang lebih menonjol sejak ia masih kecil dan sangat yakin bahwa seharusnya ia hidup sebagai seorang wanita. Namun ada satu tahap rumit yang harus Dena lewati, yaitu memberitahu orang tua.
Walau begitu mantan presenter Kru Cilik SCTV ini sudah siap dengan segala resikonya, mulai dari diusir dari rumah, tidak dianggap anak lagi oleh orang tuanya, hingga memilih mati. Ginna Rachman sang ibu pun tentu saja terkejut dengan pengakuan Dena, namun akhirnya hanya bisa pasrah dengan pilihan anaknya.
“Dena saat itu beritahu aku, ‘Mama aku mau ngomong, aku memang begini adanya. Terserah Mama mau anggap aku tetap anak atau tidak atau aku keluar dari sini atau aku mati aja‘,” kata Ginna. ”Cuma aku arahkan dia, kalau memang itu pilihan kamu, go a head. Tapi aku arahkan, sekolah kamu harus bener.”
Sampai saat ini Dena masih kerap mendapat tudingan negatif dari masyarakat. Alumni UI ini bahkan dituduh melakukan operasi macam-macam agar terlihat lebih cantik untuk menyempurnakan penampilannya sebagai seorang wanita. Tapi, apa tanggapan Dena?
“Aku begini dari lahir. Everything is original,” kata Dena yang mulai berdandan full sebagai wanita sejak masuk bangku kuliah. ”Tubuh aku begini karena memang dari Mama. Nggak (operasi) sama sekali.

Analisis kasus :
Analisis kasus ini menggunakan Teori Erich Erikson yaitu Pasca-Aliran Freud (Post-Freudian) dimana subjek mengalami gangguan pada tahap perkembangan kepribadiannya. Erickson adalah orang yang menyumbangkan istilah kritis identitas. Teori yang dikemukakan Erickson mengembangkan tahapan perkembangan anak-anak Freud menjadi remaja, masa dewasa, dan usia lanjut. Erickson menyatakan bahwa tiap tahap, perjuangan psikososial spesifik memberikaan kontribusi pada pembetukan kepribadian. Dari mulai remaja hingga seterusnya, perjuangan tersebut berbentuk krisis identitas, yaitu titik balik dalam hidup seseorang yang dapat memperkuat atau memperlemah kepribadian. Erikson menekankan pada pengaruh sosial dan sejarah untuk menguraikan tahapan psikoseksual setelah masa kanak-kanak.
Dena memiliki karakteristik penerimaan diri yang tinggi dimana Dena yakin kalau dirinya diciptakan sebagai wanita dan ia berani bertanggung jawab atas keutusannya dan mau menerima celaan dari orang sekitar.
Dalam hal ini juga ada faktor yang mempengaruhi Dena untuk mengambil keputusan Transgender yaitu tidak adanya hambatan dalam lingkungan, ibunya setuju Dena dengan perjanjian sekolahnya Dena lancar. 
   
Kesimpulan
Penerimaan diri ialah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengaku karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidup. Lalu Dena memiliki karakteristik penerimaan diri yang tinggi dimana Dena yakin kalau dirinya diciptakan sebagai wanita dan ia berani bertanggung jawab atas keputusannya dan mau menerima celaan dari orang sekitar. Hal ini bisa dijelaskan Dena mempunyai karakteristik dari penerimaan diri yang dimana bisa disebutkan mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya, menganggap dirinya berharga sebagai seseorang manusia yang sederajat dengan orang lain, berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya, menerima celaan dan pujian secara objektif.
Saran
Perkembangan dunia semakin cepat dan banyak hal yang beraneka ragam oleh karena itu disarankan bagi individu yang lainnya yang belum mengalami transgender agar lebih mencari tau informasi-informasi lebih mengenai dampak untuk memutuskan memilih menjadi transgender. Namun bilamana sudah menjadi transgender langkah pertama yang diambil ialah harus mempunyai percaya diri yang tinggi karna memang apapun yang sudah diputuskan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya agar berguna bagi lingkungannya. Untuk masyarakat sekitar hendaklah tidak memandang sebelah mata pada individu yang mengalami transgender karena memang mereka juga masih dibilang normal dalam arti kata mereka masih sama-sama manusia yang patut dihormati dan dihargai. Dan untuk pemerintah seharusnya membuka lapangan pekerjaan yang memadai untuk mereka dan lihat dari sisi kemampuan mereka bukan apa yang diihat dari luar saja.


DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo
            Persada

Helmi, A. F, Handayani M. M, Ratnawati. S. (1998). Efektivitas Pelatihan
            Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri.
            Jurnal Psikologi 2 : 47-48

Hurlock, E.B. (1993). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
            Rentang Kehidupan
. Edisi Kelima. Jakarta : Bina Aksara

http://sidomi.com/191979/dena-rachman-mantan-artis-cilik-renaldy-yang-
            lakukan-transgender/

2 komentar:

  1. daftar pustaka grinder dalam parista ada nggk ya?

    BalasHapus
  2. Boleh sangat mohonkah untuk daftar pustaka yang Grinder dalam Parista 2008, saya sangat butuh karena sedang mencari refernesi untuk penelitian saya mengenai variabel penerimaan diri juga. Terima kasih

    BalasHapus